Beranda | Artikel
Sifat Shalat Nabi (32): Sunnah Hayah
Senin, 16 Maret 2015

Sunnah yang lain selain sunnah ab’adh adalah sunnah hay’ah. Sunnah hay’ah adalah perkara yang dianggap sunnah dalam shalat, jika ditinggalkan, tak perlu kembali melakukannya dan tidak ada sujud sahwi.

Apa saja yang masuk sunnah hay’ah?

Berikut kami sebutkan berdasarkan penjelasan dari ulama Syafi’iyah.

1- Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram, ketika turun ruku’, ketika bangkit dari ruku’, juga ketika bangkit dari tasyahud awal.

2- Meletakkan tangan kanan di atas punggung tangan kiri ketika berdiri dalam shalat.

3- Melihat ke tempat sujud.

4- Membaca doa istiftah setelah takbiratul ihram.

5- Membaca ta’awudz setelah doa istiftah.

6- Menjahrkan (mengeraskan bacaan) pada shalat jahriyyah (Magrib, Shubuh, Isya) dan mensirrkan bacaan (memelankan) pada shalat sirriyyah (Zhuhur dan Ashar).

7- Mengucapkan aamiin di akhir membaca Al Fatihah.

8- Membaca salah satu surat dalam Al Qur’an setelah Al Fatihah.

9- Takbir intiqol, yaitu setiap kali berpindah gerakan diperintahkan mengucapkan takbir ‘Allahu Akbar’ selain ketika bangkit dari ruku’ yaitu yang dibaca adalah ‘sami’allahu liman hamidah rabbanaa lakal hamdu’.

10- Bertasbih ketika ruku’ dan sujud. Saat ruku’ membaca ‘subhana robbiyal ‘azhim’ (3 kali), sedangkan ketika sujud membaca ‘subhana robbiyal a’laa’ (3 kali).

11- Meletakkan kedua tangan di paha ketika duduk saat tasyahud awal dan tasyahud akhir. Tangan kiri dibentangkan, sedangkan tangan kanan dalam keadaan seluruh jari digenggam kecuali jari telunjuk memberikan isyarat.

12- Duduk dengan cara duduk tawarruk pada duduk tasyahud akhir dan duduk selainnya dengan duduk iftirosy.

13- Membaca shalawat Ibrahimiyyah, lalu berdo’a ketika tasyahud akhir.

14- Salam kedua, sedangkan salam pertama masuk rukun shalat.

15- Khusyu’ dalam seluruh gerakan shalat. Yang dimaksud khusyu’ adalah hati merenung apa yang diucapkan oleh lisan, baik bacaan surat, dzikir atau do’a yang dibaca. Semuanya direnungkan dengan memahami artinya dan ketika itu merasa sedang bermunajat dengan Allah Ta’ala.

Harus ada khusyu’ dalam bagian shalat. Jika tidak ada khusyu’ sama sekali sejak awal hingga akhir, maka shalatnya batal.

Penjelasan masing-masing point di atas telah diterangkan dahulu saat penjelasan sifat shalat nabi dan gerakan-gerakannya.

Semoga bermanfaat.

 

Referensi Utama:

Al Fiqhu Al Manhaji ‘ala Madzhabil Imam Asy Syafi’i, Dr. Musthofa Al Khin, Dr. Musthofa Al Bugho, terbitan Darul Qalam, cetakan kesepuluh, tahun 1430 H.

Selesai disusun di Panggang, Gunungkidul, 25 Jumadal Ula ba’da Isya’ di Darush Sholihin Gunungkidul

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com


Artikel asli: https://rumaysho.com/10549-sifat-shalat-nabi-32-sunnah-hayah.html